Suara Kita


Hai! Aku mau tanya dong, menurut kalian sejauh ini, gimana sih rasanya ikut pembelajaran jarak jauh? Seru atau malah ... kebalikannya?
Beberapa hari lalu aku sempat tanya-tanya ke beberapa teman sekolah dan teman online-ku tentang pendapat mereka terkait dengan sekolah dengan Pembelajaran Jarak Jauh. Karena jujur, aku penasaran banget sama jawaban mereka.
Ternyata, banyak banget yang bilang mereka kurang suka sama pelaksanaan PJJ. Karena hal itu mereka menjadi malas sekolah. Ada yang alasannya rindu teman-teman, kurang mengerti dengan materi yang diajarkan, tugas terlalu banyak, kendala jaringan, SPP mahal (untuk sekolah di Swasta), dan kadang mereka merasa kesepian.
“Tujuan kita sekolah daring itu buat cari nilai, bukan ilmu. Karena materi enggak diajarkan, tapi tugas dikasih banyak banget.” Kira-kira ada 5 orang lebih yang berbicara seperti ini.
Namun, beberapa juga ada yang merasa kegiatan PJJ ini seru, karena mereka bisa menghabiskan waktu dengan melakukan hobi, mengasah skill, mengembangkan minat, dan mencoba hal-hal baru yang membuat mereka penasaran.
Awalnya aku kira hanya pelajar aja yang mengalami kendala. Tapi setelah menonton pembahasan-pembahasan dari webinar yang diadakan Cerdas Berkarakter, ternyata ada banyak pihak lain yang juga mengalami kendala.
Seperti kata Tante Mona Ratuliu, narasumber di webinar “Sinergi Pembelajaran Kondisi Khusus” sebagai seorang Ibu, ia mengalami berbagai halangan. Sepertinya banyak juga orangtua lain yang mengalami kendala seperti Tante Mona. Apalagi beberapa orangtua yang tidak begitu paham dengan teknologi. Kadang keterbatasan itu bisa menjadi masalah.
Selain harus mengurus anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan PJJ, para orangtua juga harus ikut serta untuk menjadi guru dadakan di rumah. Mereka harus membagi waktu. Sesekali para orangtua harus belajar lagi materi yang sedang anaknya pelajari agar anaknya paham dengan materi yang disampaikan tersebut.
Tak hanya pelajar dan orangtua, rupanya para guru juga banyak mengalami kendala ketika ingin mengajar. Tetapi tak memadamkan semangat mereka untuk membagikan ilmu. Para guru membuat inovasi kreatif yang membuat para murid semangat belajar. Entah itu membuat modul, video, dan hal lainnya. Selain itu para guru juga berperan penting dalam mengembangkan pendidikan karakter anak pada kondisi khusus saat ini.
Semua itu dilakukan dan dipersiapkan sebaik mungkin untuk pelajar Indonesia, generasi emas, calon masa depan bangsa.
Harapanku dan teman-teman yang lain, semoga virus corona ini cepat hilang dari muka bumi. Kami juga berharap, semoga sistem pendidikan di Indonesia lebih baik di masa depan, prasarana dalam teknologi lebih ditingkatkan agar dapat menjangkau seluruh daerah di Indonesia bahkan sampai di pelosok-pelosok negeri.
Terakhir, semoga gadget lebih membawa banyak pengaruh positif untuk manusia. Karena sebenarnya, banyak sekali hal baik yang bisa kita akses hanya melalui gadget. Contohnya mengikuti webinar, menonton video pembelajaran di youtube, belajar di aplikasi khusus belajar, dan banyak lagi.
Saat ini, kita harus belajar bagaimana beradaptasi dengan keadaan yang terjadi. Pandemi bukan halangan untuk terus maju. Walaupun kita memiliki keterbatasan akses dan kualitas, tapi kita harus tetap membuktikan kita bisa bersinar! Kita tetap bisa maju walaupun banyak rintangan yang menghadang.

Karena aku, kamu, kita, generasi emas Indonesia.

“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.”
~ Ki Hajar Dewantara ~

Posting Komentar

0 Komentar